6 Rukun Khutbah Jumat – Secara harfiah khutbah memiliki arti khotbah atau pidato. Dalam istilah fiqih, khutbah ialah khotbah dari seorang yang diucap atau dibacakan di muka peserta di saat saat sebelum shalat Jumat, saat sebelum shalat ‘Id atau saat sebelum ijab dan qabul pernikahan.
Khutbah ialah nasihat dan bimbingan keagamaan mencakup keimanan, beribadah, pengajaran, kehidupan sosial, dan lain – lain. untuk memperteguh keimanan dan tingkatkan kualitas ketaqwaan peserta ke Allah SWT.
Khutbah memiliki posisi yang perlu dalam agama Islam. Karena itu khutbah selayaknya dikatakan secara jelas, bahasa yang bagus dan lembut, lancar teratur dan pernyataan yang gampang dipahami, hingga sentuh jiwa dan hati peserta.
[ Daftar Isi ]
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat dilaksanakan saat sebelum melakukan shalat Jumat dan waktu realisasinya sama waktu penerapan shalat Dhuhur. Khutbah Jumat dilaksanakan sekitar 2x, yakni khutbah pertama dan ke-2 . Antara khutbah pertama dan ke-2 khatib menyisipinya dengan duduk sesaat dan membaca shalawat atau surah al-Ikhlas.
Adapun Jama’ah yang ikuti khutbah, sebaiknya memerhatikan khutbah dengan sebagus – bagusnya. Jangan bicara apa lagi ribut. karena bisa hilangkan pahala menjalankan shalat Jumat.
Dasar Hukum Shalat Jumat
Shalat Jumat sebagai kewajiban tiap muslim lelaki. Ini tertera dalam Al Qur’an dan Hadits.
Baca Juga: Tata Cara Umroh
6 Rukun Khutbah Jumat
- Memanjatkan puji dan pujian ke Allah, dengan اْْلحَمْدُ ِلله
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tiap masalah ( penting ) yang memerlukan perhatian yang tidak diawali dengan Alhamdulillah karena itu dia terputus dari karunia)”.
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 2/359, Abu Dawud no.4840, Ibnu Majah no. 1894 ). - Membaca Syahadat.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda, “Tiap Khutbah Jumat yang tidak ada syahadat, karena itu dia ialah seperti tangan yang buntung”. - Berwasiat dengan takwa ke Allah. Warisan yang ditujukan adalah jika khatib berwasiat kepad golongan muslimin yang dengarkan supaya bertakwa ke Allah, baik dengan menjelaskan اُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى الله (saya warisankan kalian untuk bertakwa ke Allah) atau يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ (hai beberapa orang yag memiliki iman, bertakwalah kalian ke Allah).
- Membaca ayat Al-Qur’an Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘anhu, ia berbicara, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampaikan dua khutbah di mana beliau duduk antara ke-2 nya; ( dan dalam khutbah itu ) beliau membaca Al-Qur’an dan mengingati manusia”. ( Diriwayatkan oleh Muslim no. 862)
- Sampaikan saran untuk golongan muslimin. Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘anhu, ia berbicara, “Shalat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ialah sedang – sedang saja dan khutbah beliau sedang – sedang saja; di mana beliau membaca ayat – ayat dari Al-Qur’an dan mengingati manusia”. ( HR. Abu Dawud no. 1094). Shalawat dan salam atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pengucapan Umar bin Khattab Radhiallahu ‘anhu, “Sebenarnya doa itu berhenti antara langit dan bumi, tidak naik sedikitpun dari tempat itu sampai kamu bershalawat atas Nabimu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. ( HR. Tirmidzi no. 486 dan Riwayat Ash-Shahihah kreasi syaikh Nashiruddin Al-Albani no. 2035)
- Berdo’a untuk golongan muslimin.
Dari Hushain bin “Abdurrahman As-Silmi, ia berbicara, “Saya ada disamping Umarah bin Ruwaibah Radhiallahu ‘anhu, dan Bisyir ( Ibnu Marwan Al-‘Amawi ); penguasa di Irak ) sedang memberikan khutbah ke kami. Ketika Bisyir berdo’a ia mengusung ke-2 tangannya. Karena itu ‘Umarah Radhiallahu ‘anhu juga berbicara,”Mudah-mudahan Allah memburukkan dua tangan ini. Saya pernah menyaksikan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkhutbah, dan saat berdo’a beliau lakukan semacam ini.” Lantas Umarah juga mengusung jemari telunjuknya. ( HR. Muslim 2/595 no.874, lafadz ini punya Imam Ahmad 4/136 no. 17263 ).
Persyaratan Khutbah Jum’at
Persyaratan Khutbah Jumat salah satunya seperti berikut :
- Khutbah diawali di saat Dhuhur,
- Khutbah dikerjakan 2x dengan berdiri,
- Duduk antara 2 khutbah,
- Khutbah dilaksanakan dengan suara keras,
- Dilaksanakan berturut sesuai rukunnya.
Contoh Khutbah Jumat :
Baca Juga: Kisah Nabi Isa
Peserta Sidang Jumat yang Diagungkan Allah SWT
Tanpa berasa, seminggu telah kita melalui bulan Rajab pada tahun ini. Beragam peristiwa dan kejadian terus berakhir silih ganti, isi setiap detik, menit, jam, hari dan beberapa minggu kita. Beragam keadaan kita lewati dari tahun ke tahun. Ada kebahagiaan yang kita merayakan dan ada duka cita yang kita alami, tetapi kita tetap harus hidup tanpa penyesalan.
Kita perlu selalu percaya diri, walau beragam halangan selalu menekan dan kuras keimanan.
Karena ketaqwaan ialah pangkal dari semua sikap dan keputusan kita hadapi masalah dunia, karena itu mari kita selalu tingkatkan ketaqwaan kita ke Allah SWT.
Mari selalu kita semakin bertambah yakin, percaya dan mematuhi beberapa perintah Allah SWT dan secepat-cepatnya, sepanjang kemungkinan menghindar larangan-larangan Allah SWT. Karena cukup dengan ketaqwaanlah kita bisa meniingkatkan kualitas kehidupan kita. Taqwa dalam makna sebetulnya, bukan taqwa asal berasa takut, tetapi perbuatannya selalu nista di mata Allah. Seperti Rajab ialah bulan mulia disebelah Allah, karena itu kita mestilah memuliakannya dengan benar-benar.
Rasululah SAW bersabda :
“Sebenarnya jaman berputar-putar seperti memiliki bentuk sebelumnya di saat Allah membuat langit dan bumi. Dalam satu tahun ada dua belas bulan yang salah satunya ada 4 bulan yang disegani, 3 bulan salah satunya beruntun Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang ada antara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini dengan jelas memperlihatkan jika Bulan rajab ialah bulan yang dumuliakan oleh Allah. Karena itu sebagai konsekuensi dari ketaqwaan kita ke Allah dan keyakinan kita ke Rasulullah Muhammad SAW, karena itu pastilah kita memuliakan bulan ini.
Peserta Jemaah Khutbah Jumat Rahimakumullah
Bagaimana juga periode mendatang harus kita temui dengan keimanan dan ketakwaan yang berlimpah. Apa saja juga keadaan yang sudah menerpa kita dalam saat-saat lalu, baik yang sudah lama atau yang barusan terjadi; yang demikian fresh dalam daya ingat kita, tetapi keesokan hari teruslah mistis. Kemungkinan tempo hari kita benar-benar berat dan alami kesusahan dalam kehidupan, tetapi tidak berarti kita bisa takut hadapi fajar keesokan hari.
Bulan Rajab, benar-benar mengajari ke kita jika kita Allah tentu mempunyai gagasan, nantinya kita akan mensyukuri sebuah anugerah sesudah beragam masalah yang kita alami. “Paket perjalanan” Rasulullah pada bulan Rajab sebuah pelajaran benar-benar bernilai untuk kita jika tiap kesulitan dan halangan dalam jalankan visi ceramah tentu diganti dengan karunia yang jadikan hidup kita lebih berkualitas.
Ditambah jika tiap karunia sebetulnya selalu memiliki kandungan ujian untuk kita untuk makin memaksimalkan semua kekuatan kita untuk mengusahakan keridhoan Allah SWT.
Riwayat sekitar kejadian Isra’ Mi’raj sebagai palajaran bernilai, bagaimana kesulitan dan duka cita terpindahkan dengan sebuah pesan (berbentuk sholat 5 waktu) sebagai fasilitas untuk dekatkan diri pada Allah.
Allah SWT berfirman :
“Sebenarnya bilangan bulan pada segi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketentuan Allah di saat membuat langit dan bumi, salah satunya (ada) 4 bulan haram. Tersebut agama yang lempeng. Karena itu jangan sampai kamu menganiaya diri dalam bulan-bulan itu, dan perangilah golongan musyrikin seperti mereka juga melawan kamu, dan kenalilah jika Allah dan beberapa orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah, 9:36)
Tafsiran Ath-Thabari mengatakan jika ke-4 bulan haram yang diartikan ialah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karena itu, mereka tidak mengenali peperangan yang terjadi pada bulan-bulan ini.
Beberapa orang tidak dikenankan menganiaya dan berkelahi salah satunya pada bulan-bulan ini. Bila dari mereka terjadi konflik, karena itu umumnya dibatalkan sampai bulan-bulan itu sudah melalui. Pembalasan sakit hati antara anggota-anggota keluarga yang cedera dan terbunuh menanti bulan-bulan ini berakhir. Warga usiliyah juga ikuti ketentuan ini. Lantas apa kita sebagai umat Muhammad tidak mau memuliakan bulan ini?
Peserta Sidang Khutbah Jumat yang Bahagia
Mari kita belajar ke Riwayat. Benar-benar pada bulan Rajab ini ada sebuah i’tibar (cerminan) yang paling riil untuk kita panuti bersama. Jika ingin bercermin ke riwayat, karena itu sesungguhnya umat Islam akan memperoleh pelajaran yang paling bernilai pada bulan Rajab. Pelajaran mengenai keteguhan dan kepercayaan ke balasan Allah Yang Maha Arif.
Di tahun ke-8 dari kenabian, Rasulullah SAW memperoleh beberapa masalah yang teramat berat untuknya dan untuk beberapa penganutnya. Ujian itu ialah embargo golongan kafir Quraisy dan sekutunya pada umat Islam. Tindakan embargo ini masih digerakkan walau waktu sudah masuk bulan Haram. Maknanya Nabi dan beberapa teman dekatnya masih tetap rasakan penindasan dan kedhaliman pada mereka yang umumnya hentikan semua kegiatan perseteruan pada beberapa lawannya.
Sesudah 8 tahun mendakwahkan agama Allah kepda kaumnya dengan ditemani dan diproteksi oleh 2 orang kuat suku Qurays, yaitu pamannya dan istrinya, karena itu di tahun ini Rasulullah harus ikhlas saat ke-2 nya diundang menghadap Si Rabb. Dengan begitu, di saat itu Nabi tidak ada kembali mempunyai pembela yang lumayan kuat di depan kaumnya sendiri yang memusuhi kebenaran.
Hingga Rasulullah selanjutnya mengizinkan ke beberapa penganutnya untuk berhijrah ke Thaif. Tetapi ternyata Bani Tsaqif yang kuasai tanah Thaif tidak memberikan sepatah kata hangat ke beberapa teman dekatnya. Mereka yang tiba minta bantuan malah ditendang dan dihinakan sebegitu rupa. Mereka dilempar batu sampai harus kembali dengan keadaan berdarah-darah.
Kesemua masalah berat ini dirasakan Rasulullah dan beberapa teman dekatnya di tahun yang serupa, yaitu tahun ke-8 sejak Rasulullah memproklamirkan dianya sebagai Nabi akhir jaman.
Atas masalah yang taramat berat dan terus-menerus ini, karena itu Allah SWT selanjutnya memberi “sekedar selingan” ke Muhamad SAW yang berdukacita dengan semua kondisi dan hatinya. Rasulullah terima “sepaket perjalanan wisata” untuk beri kesegaran kembali ghirroh (Semangat) perjuangannya dalam menegakkan visi Tauhid di Bumi.
“Paket perjalanan” yang selanjutnya dikatakan sebagai Isra’ Mi’roj ini sebenarnya ialah sebuah pesan ke semua umat Muhammad jika, semua jenis masalah yang seberat apa saja sebaiknya kita saksikan sebagai sebuah permulaan dari akan dianugerahinya sebuah kemuliaan ke kita.
Sidang Khutbah Jumat yang diagungkan Allah
Hal yang lain bisa kita petik pelajaran dari bulan Rajab setelah itu perjalanan Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke arah Masjidil Aqsha yang tercover dalam firman Allah SWT :
“Maha Suci Allah yang sudah memperjalankan hamba-Nya di suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsa, yang sudah kami berkahi sekitarnya supaya kami tunjukkan padanya beberapa dari pertanda (kebesaran) Kami. Sebenarnya Ia ialah Maha Pendengar kembali Maha Menyaksikan” (QS. Al Isra’:1)
Ialah sebuah pesan persaudaraan dan pertemanan antara beberapa hamba Allah. Jika umat Islam sebagai umat terbaik seharusnya selalu memperlihatkan sikap kedewasaan dan kematangan dalam berhubungan dengan umat-umat lain.
Walau Nabi Muhammad SAW barangkali langsung ke arah langit dari Makkah, tetapi Allah masih tetap membawa ke arah Masjidil Aqsha, pusat peribadahan nabi-nabi awalnya.
Ini bisa memiliki arti jika umat Islam tidak mempunyai larangan untuk melakukan perbuatan baik pada setiap orang, sekalinya ke kelompok di luar Islam. Ini karena, Islam menghargakan ketentuan-peraturan saat sebelum Islam, seperti khitan yang sudah disyariatkan semenjak jaman Nabi Ibrahim AS.
Dalam rasio internal umat Islam, kita seharusnya selalu jaga ikatan persaudaraan dan silaturrahim untuk perkuat ketaqwaan, keimanan dan persaudaraan sama-sama Muslim. Dengan begitu karena itu, Bulan Rajab ialah bulan mulia yang perlu kita menyambut dengan menambah keyaqwaan dan keikhlasan.
Kita harus rajin-rajin melakukan sholat 5 waktu yang disebut oleh-olehan dari Isro’ Mi’roj Rasulullah SAW pada bulan Rajab tahun ke-8 dari kenabian.
Kita harus tabah hadapi hidup walau hidup sarat dengan masalah dan halangan. Umat Islam harus selalu optiomis dan percaya pada janji Allah, akan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk siapa saja hamba-Nya yang selalu tingkatkan ketaqwaan, karena demikian pesan bulan Rajab.
Jadi Ringkasannya, 6 Rukun Khutbah Jum’at, yakni:
- Khotib mengucapkan puji-pujian ke Allah.
- Shalawat atas Rasulullah saw
- Mengucapkan syahadat
- Berwasiat
- Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satunya ke-2 khutbah.
- Doakan untuk mukmin dan mukminat pada khutbah yang ke-2 .